Sunday, 14 April 2013

Siap Menjadi Desainer Muda


Dulu waktu saya SMA, semangat banget yang namanya daftar PMDK, buat cadangan kalo keterima di kampus negeri bisa pamer ke temen temen kalo bisa dapet PTN secara nilai akademis, hampir 40% temen seangkatanku mencoba mendaftar PMDK. Dan aku pun mencoba salah satu PTN yang menurutku enggak favorit, tapi pertama membuka pendaftaran setelah kampus negeri lainnya. Aku nggak berharap keterima, hanya usaha untuk mendaftar, kalo keterima ya Alhamdulillah, kalo enggak aku harus ekstra keras belajar  untuk SNMPTN. Sebulan kemudian, berita tak terduga, hanya dua orang yang keterima di kampus yang aku coba itu, aku dari kelas ilmu sosial dan satu temenku kelas ilmu alam. Rasanya bersyukur luar biasa dan sedih bukan main. Nah lho, kenapa sedih, karena saya memilih fakultas senirupa, memang bukan paksaan orang lain, tapi saya memilih asal memilih, bukan keyakinan memilih. Karena sehari hari saya nggak hobi menggambar, hanya penikmat seni, saya lebih suka mendengarkan musik. Disisi lain, orang tua selalu support aku untuk bisa bertahan di jurusan ini. Dan mamaku yakin banget masih bisa mewujudkan salah satu cita-cita ku salah satunya keliling dunia.




Lima bulan kemudian, aku mengikuti prosedur yang ada, dan nggak bisa ikut SNMPTN karena waktunya bersamaan dengan registrasi ulang keterimanya PMDK. Sebulan kemudian diadakan OSPEK, dan kenal mulai berkenalan dengan teman satu per satu. Selama itu saya mengalami culture shock yang amat berat sampai 2 tahun   tak hanya itu, pada masa kuliah nilai IPK seperti kuda lumping, nggak ada bagus bagusnya, dan aku nggak bisa menggambar bagus seperti teman-teman saya yang berbakat di dunia senirupa. Dibalik kesusahan yang aku alami ada sesuatu yang membuat saya bertahan, yaitu semangat yang ditolerkan mahasiswa sangat kuat, saya meluangkan waktu hanya untuk jaga stand pameran seni, panitia ospek, rapat bersama ormawa fakultas, bukan mencari eksis di kampus, tapi mencari apa yang membuat saya senang. Walaupun saya sudah memasuki semester akhir ternyata saya masih kesulitan mencari comfort zone. Di awal kuliah saya tak sengaja bertemu teman lain jurusan, rasanya klop ketemu beliau, ya banyak waktu kuhabiskan dengannya. Ya pertemanan kadang seperti mencari pacar, kalo sudah tahu baik buruknya rasanya pengen mencari yang baru. Dan namanya juga teman adakalanya pasang surut.
Di tahun ketiga, sikap pendewasaan sesama teman mulai muncul, walau dengan progress yang tidak pasti. Perlahan lahan mempunyai teman dekat baru dari satu jurusan, tapi jangan harap teman dekat selalu ada buat kita, dan sebaliknya. Dan plus minus yang harus saling menghormati, contohnya dalam mengerjakan tugas individu nggak bisa saling ngasih contoh/contekan, atau ngelihat karya karya  dari temen temen. Kita harus terima dengan keadaan itu, atau ada acara kumpul kumpul, saya nggak diajak, saya pun harus paham bahwa itu hak teman untuk mengundang bahkan tidak dalam acara mereka.
Menuju tahun terakhir,saya baru merasa bangga bisa masuk dunia senirupa. Karena jurusanku mengadakan event mahasiswa tingkat nasional, kebetulan saya menjadi panitia,  Apalagi aku bisa ngobrol dengan seorang desainer hebat, nggak hanya itu dinner semeja di restoran herritage bahkan menemani beliau selama 3 hari di kota pelajarku ini. Dan selama beberapa hari itu, beliau mendorong saya untuk “selalu semangat, mengerjar impian, jangan takut salah, jangan takut jatuh. Karena kita butuh desainer muda seperti kamu kamu ini, pengetahuan bisa berkembang dengan seiring waktu, yang dibutuhkan dalam bekerja adalah personality” dari perkataan itu, rasanya aku pengen cepetan lulus, mengejar tugas akhir yang ingin segera kuselesaikan. Doain ya, tahun ini bisa wisuda. Rasanya Tuhan selalu memberiku kejutan hidup yang sangat luar biasa untuk disyukuri.

No comments:

Post a Comment