Friday, 14 June 2013

Multikuturalisme hingga Landak Laut Goreng

Di ujung bulan Maret, kebetulan saya sedang di kota Solo. Lalu saya mengajak salah satu kawan saya ingin berkunjung ke pantai, dan Jogja bagian selatan banyak sekali Pantai rasanya ingin dikunjungi satu persatu. Yang popular pasti Pantai Parang Tritis (Paris), Pantai baron, dan pantai yang favorit wisatawan karena ada penginapan terawat yaitu Pantai Indrayanti. Tapi sayangnya saya tidak berkunjung di tiga pantai tersebut melainkan Pantai Ngobaran.

Karena dadakan, dari pukul waktu pertengahan kami memutuskan pergi dari kota Solo saya berangkat naik motor menuju ke selatan Kota Jogja, melewati daerah Wonosari, Bukit Bintang perjalanan ditempuh umumnya sekitar 4 jam perjalanan. Tapi selama perjalanan saya sempatkan singgah beberapa tempat untuk makan siang dan sholat dhuhur. Karena saya nggak paham jalan kearah pantai mana, karena saya sudah pernah ke Baron, maka pilihan saya ke Pantai Ngobaran. Sampai di Pantai, anda disuguhi tempat peribadatan yang berjajar, dari pura, hingga masjid menghadap ke selatan.



Tak hanya itu saja, pasir putih,ombak cukup mencekam , warna biru laut hingga bebatuan, landak, serta rumput laut terlihat sangat menyolok disini. Kebetulan saat saya berkunjung pantai ini sepi hanya segelintir orang, membuatku ingin banyak mengeksplore lokasi ini secara pandangan saya.

Ada yang menarik disini yaitu di bibir laut antara sumber air dan air laut yang menyapu pantai sangat berdekatan, saya rasanya nggak pengen pulang karena ketagihan pantai yang unik ini. Berhubung besok kuliah dan akhirnya menjelang petang saya kembali ke Pusat Kota Jogja, oia tak sampai 1km ada pantai Ngrengehan, disitu banyak sekali kapal nelayan, tapi saya belum lihat secara seksama. Mungkin ada yang sudah kesana bisa berbagi ?




Tuesday, 16 April 2013

Panembahan Hardjonagoro dari Kota Budaya


Kali ini saya akan cerita dari kota Budaya, kota terkenal dengan Serabi Notosuman dan nasi liwet. Disini saya cerita tentang salah satu pengerajin Batik Tulis di Indonesia, dan sejak Presiden Ir. Soekarno sampai Pak SBY pernah berkunjung dan pesan batik tulis disini lho. Dalem Hardjonegaraan (Go Tik Swan). Bila penggemar batik sudah tidak asing dengan nama tersebut, lokasi pengerajin batik di daerah Nonongan tepatnya di Jalan Kratonan 101/ Jl. Yos Sudarso 176 Solo Jawa Tengah 57152. Bila berkunjung disini harus janjian dulu ke Pak Warno sang penerus Panembahan Hardjonegoro, jadi nggak bisa langsung main ke lokasi tersebut, dan nggak memungut biaya sepeserpun.

Proses pengerjaan nglowong di Batik Harjonagoro (Go Tik Swan)

Pengerjaan sehelai batik tulis sepanjang 2,6-2,7 meter bisa memakan waktu kurang lebih 6 bulan, dengan harga yang bisa dibilang mahal sekitar 5,5 juta rupiah. Tapi jangan diragukan kualitasnya, detail didalam sehelai batik  dijamin membuat  anda terpukau. Disini saya dijelaskan dari tahap nyoret di kain katun , setelah di buat ragam pola nya, kemudian nglowong yaitu tahap pertama pelekatan malam (lilin) dengan canting. Setelah melihat nglowong kemudian kain ditimbun oleh malam yang disebut Nembok, tahap ini untuk membuat warna menjadi tegas setelah pencelupan berikut. Malam untuk nembok biasanya lebih liat dan kuat melekat pada kain,dan tahap meel, nglorod , nyoret sampe nyoga.
Di dalem harjonegaran tak hanya pembuatan Batik Tulis tapi juga pembuatan Keris, mereka juga mengerjakan bila ada pengerjaan saja, dan tiap pembuatan 1 buah keris bisa memakan waktu kurang lebih 3 bulan. Batik dan Keris dibuat hanya ada pesanan saja, tapi selama ini tak pernah kekurangan pesanan malah banyak pesanan menunggu di pusat pengrajin batik ini. Dulu batik Harjonegoro ini sering dipakai kaum bangsawan Keraton Kasunan maupun Pura Mangkunegaran. Setiap ragam hias batik mempunyai makna dan kegunaan, jadi tidak hanya asal memakai batik. Seiring perkembangan zaman, batik bisa dikenakan oleh siapa saja.

Proses pengerjaan Keris

Banyak sekali khas dari Batik Hardjonegaran dari batik yang lain. Diantaranya terlihat dari corak, perhatian terhadap detail ragam hias pengerjain batik tulis, dan batik tulis pasti punya nyawa dapat berbicara daripada batik printing, ragam batik Hardjonegoro mewakili latar belakang Kota Solo. Karena pengerajin batik ini sejak Pakubuwono yang pertama untuk ageman bangsawan Keraton.

Monday, 15 April 2013

Konservarsi Rumah Bangsawan Keraton 1824


Pernah dengar nama Griya Kridha Lumaksa, memang masih terdengar asing di kalangan kota Budaya maupun diluar kota. Karena bangunan tersebut baru diresmikan 29 Agustus 2012 lalu oleh Pak Joko Widodo selaku Walikota Surakarta sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta. Bangunan ini terletak di area parkir gedung baru Bank Indonesia Surakarta, berlokasi di jantung kota Solo yaitu di jalan Panglima Sudirman.



Awalnya bangunan tersebut akan dirobohkan menjadi area parkir oleh pihak Bank Indonesia, ternyata setelah masuk ke dalam bangunan tersebut banyak mengandung historis, apalagi dalam ukiran bangunan tersebut tertulis tahun 1824. Maka pihak Bank Indonesia menggagalkan perobohan bangunan tersebut, sekarang diharapkan menjadi bagian agenda perbankan, bertukar pikiran, obyek fotografi, aspirasi seni, edukasi dan sebagainya.
Bangunan joglo ini mempunyai banyak keistimewaan, diantaranya kayu asli jati tanpa dimakan rayap, di oranemen dinding terlihat banyak keramik dari china, menandakan bahwa Bangunan ini pernah berpindah tangan beberapa kali dari keturunan tionghoa sekalipun. Di sebelah barat griya terdapat bangunan tingkat, jaman dahulu digunakan usaha batik. Karena menururt beberapa sumber, rumah ini pernah dimiliki salah satu pengusaha batik di Solo. Sebelum dibeli BI Solo, Griya Kridha Lumaksa adalah bangunan cagar budaya yang dibangun 1824 milik seorang pengacara Keraton Surakarta. Setelah dikonservasi dan dikembalikan pada aslinya, bangunan rumah dalam bentuk limasan lengkap dengan senthong tengah kiwo dan tengen tersebut akan digunakan untuk berbagai kegiatan masyarakat.



Tak hanya Griya Kridha Lumaksa yang menarik, di lingkungan sekitar Bank Indonesia. Pada malam hari masyarakat terutama kaum muda suka hangout disana, sekedar ngobrol bahkan foto-foto, karena lokasinya tak jauh keren dari Ngarsopuro (salah satu tempat favorit hangout di kota Solo). Jika siang hari bisa bermain ke Kraton Kasunan, Pusat Grosir Solo (PGS), Pasar Gedhe , Pasar Klewer. Jika menjelang petang dan tak tertutup awan , kita bisa lihat pemandangan puncak Gunung Lawu, dan malam hari bisa menikmati keramaian pusat kota Solo, dengan lampu-lampu indah yang menyala.



Bila ingin berkunjung ke Griya Kridha Lumaksa, nggak semua orang bisa masuk kedalam bangunan tersebut secara langsung, saya dan teman saya izin dulu ke bagian SDM Bank Indonesia Surakarta. Dan tidak dipungut biaya lho, jadi menurutku Griya ini rekomendasi yang wajib bisa dikunjungi di kota Solo.

Sunday, 14 April 2013

Siap Menjadi Desainer Muda


Dulu waktu saya SMA, semangat banget yang namanya daftar PMDK, buat cadangan kalo keterima di kampus negeri bisa pamer ke temen temen kalo bisa dapet PTN secara nilai akademis, hampir 40% temen seangkatanku mencoba mendaftar PMDK. Dan aku pun mencoba salah satu PTN yang menurutku enggak favorit, tapi pertama membuka pendaftaran setelah kampus negeri lainnya. Aku nggak berharap keterima, hanya usaha untuk mendaftar, kalo keterima ya Alhamdulillah, kalo enggak aku harus ekstra keras belajar  untuk SNMPTN. Sebulan kemudian, berita tak terduga, hanya dua orang yang keterima di kampus yang aku coba itu, aku dari kelas ilmu sosial dan satu temenku kelas ilmu alam. Rasanya bersyukur luar biasa dan sedih bukan main. Nah lho, kenapa sedih, karena saya memilih fakultas senirupa, memang bukan paksaan orang lain, tapi saya memilih asal memilih, bukan keyakinan memilih. Karena sehari hari saya nggak hobi menggambar, hanya penikmat seni, saya lebih suka mendengarkan musik. Disisi lain, orang tua selalu support aku untuk bisa bertahan di jurusan ini. Dan mamaku yakin banget masih bisa mewujudkan salah satu cita-cita ku salah satunya keliling dunia.




Lima bulan kemudian, aku mengikuti prosedur yang ada, dan nggak bisa ikut SNMPTN karena waktunya bersamaan dengan registrasi ulang keterimanya PMDK. Sebulan kemudian diadakan OSPEK, dan kenal mulai berkenalan dengan teman satu per satu. Selama itu saya mengalami culture shock yang amat berat sampai 2 tahun   tak hanya itu, pada masa kuliah nilai IPK seperti kuda lumping, nggak ada bagus bagusnya, dan aku nggak bisa menggambar bagus seperti teman-teman saya yang berbakat di dunia senirupa. Dibalik kesusahan yang aku alami ada sesuatu yang membuat saya bertahan, yaitu semangat yang ditolerkan mahasiswa sangat kuat, saya meluangkan waktu hanya untuk jaga stand pameran seni, panitia ospek, rapat bersama ormawa fakultas, bukan mencari eksis di kampus, tapi mencari apa yang membuat saya senang. Walaupun saya sudah memasuki semester akhir ternyata saya masih kesulitan mencari comfort zone. Di awal kuliah saya tak sengaja bertemu teman lain jurusan, rasanya klop ketemu beliau, ya banyak waktu kuhabiskan dengannya. Ya pertemanan kadang seperti mencari pacar, kalo sudah tahu baik buruknya rasanya pengen mencari yang baru. Dan namanya juga teman adakalanya pasang surut.
Di tahun ketiga, sikap pendewasaan sesama teman mulai muncul, walau dengan progress yang tidak pasti. Perlahan lahan mempunyai teman dekat baru dari satu jurusan, tapi jangan harap teman dekat selalu ada buat kita, dan sebaliknya. Dan plus minus yang harus saling menghormati, contohnya dalam mengerjakan tugas individu nggak bisa saling ngasih contoh/contekan, atau ngelihat karya karya  dari temen temen. Kita harus terima dengan keadaan itu, atau ada acara kumpul kumpul, saya nggak diajak, saya pun harus paham bahwa itu hak teman untuk mengundang bahkan tidak dalam acara mereka.
Menuju tahun terakhir,saya baru merasa bangga bisa masuk dunia senirupa. Karena jurusanku mengadakan event mahasiswa tingkat nasional, kebetulan saya menjadi panitia,  Apalagi aku bisa ngobrol dengan seorang desainer hebat, nggak hanya itu dinner semeja di restoran herritage bahkan menemani beliau selama 3 hari di kota pelajarku ini. Dan selama beberapa hari itu, beliau mendorong saya untuk “selalu semangat, mengerjar impian, jangan takut salah, jangan takut jatuh. Karena kita butuh desainer muda seperti kamu kamu ini, pengetahuan bisa berkembang dengan seiring waktu, yang dibutuhkan dalam bekerja adalah personality” dari perkataan itu, rasanya aku pengen cepetan lulus, mengejar tugas akhir yang ingin segera kuselesaikan. Doain ya, tahun ini bisa wisuda. Rasanya Tuhan selalu memberiku kejutan hidup yang sangat luar biasa untuk disyukuri.

Not to late

sebenernya request nyokap buat belajar nulis, karena aku dasarnya pemalu untuk mengeksplorasi diriku sendiri. so, aku berusaha menulis, minta saran dan kritik ya .... ^_^